Aksi demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mulai diberlakukan pemerintah 1 April mendatang, memang terus bergulir di berbagai daerah. Di Medan misalnya, bakal ada aksi demo besar-besaran ‘mengepung’ Kota Medan untuk menentang kebijakan pemerintahan SBY-Boediono
Polrestamedan.com - Aksi demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mulai diberlakukan pemerintah 1 April mendatang, memang terus bergulir di berbagai daerah. Di Medan misalnya, bakal ada aksi demo besar-besaran ‘mengepung’ Kota Medan untuk menentang kebijakan pemerintahan SBY-Boediono tersebut, hari ini (Senin, 26/3).
Salah satunya dari Kongres Rakyat Sumatera Utara (KRSU) yang akan menurunkan puluhan ribu massa gabungan dari 51 elemen masyarakat, untuk berdemo. “Sekarang, yang sudah pasti akan ikut aksi Senin, berjumlah 15.874 orang. Namun kita masih terus konsolidasi. Kemungkinan jumlahnya nanti diperkirakan sampai 50 ribu orang, bahkan bisa lebih,” kata Pimpinan Aksi Kongres Rakyat Sumatera Utara, Ahmadsyah didampingi Wakil Pimpinan Aksi Prabu Alam Syahputra, dalam konferensi pers di Medan.
Terkait dengan akan digelarnya aksi besar-besaran itu, sejumlah objek vital di Medan, mendapat pengawasan ekstra ketat dengan menempatkan personel kepolisian dan anggota TNI. Pengawasan tersebut perlu dilakukan, untuk mengantisipasi aksi ribuan mahasiswa dan elemen masyarakat yang akan menggelar aksi menolak kenaikan harga BBM tersebut.
Pantauan Minggu (25/3) siang, salah satu lokasi yang mendapat pengawasan ketat adalah kantor Gubernur Sumatera Utara di Jalan Diponegoro, Medan. Satu unit mobil kendaraan taktis (rantis) Polda Sumut dan mobil water canon disiagakan. Selain itu, polisi juga memasang pagar berduri.
Kondisi yang sama juga terlihat di kawasan Bandara Polonia. Selain menyiagakan mobil water canon, di tempat ini Polda Sumut juga menyiagakan truk pengangkut massa. Sementara TNI menyediakan pick up yang dapat digunakan jika angkutan umum ikut turun menggelar aksi mogok operasi.
Rencana aksi massa ‘mengepung’ Kota Medan, membuat sejumlah warga di daerah ini terpaksa menjadwal ulang sejumlah agenda kegiatannya. Bahkan, tidak sedikit warga yang terpaksa mengurung diri di rumahnya masing-masing, karena tidak ingin menjadi korban side effect dari aksi demo besar-besaran tersebut.
Pilihan sebahagian warga mengurung, saat demo mengepung, tentu merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, sudah terdapat bukti sebelumnya, aksi demo di Medan beberapa hari sebelumnya, terjadi aksi perusakan terhadap mobil pelat merah, serta aksi saling lempar antara polisi dengan pendemo.
Dengan demikian, sangat beralasan jika masyarakat kemudian memendam perasaan trauma dan kekhawatiran mendalam, bahwa aksi demo besar-besaran itu, kembali akan berakhir kisruh.
Karenanya, daripada menjadi korban, sangat tepat jika sejumlah warga lebih memilih mengurung diri di rumah atau tempat-tempat lainnya yang dianggap aman, saat para pengunjuk rasa mengepung. ( harian Andalas )