polrestamedan.com – Misteri kematian toke getah sekeluarga warga Lingk. Simpang Nangka, Kel.Pulopadang, Kec.Rantau Utara, Labuhanbatu terkuak.
Pada Kamis (23/6), polisi meringkus seorang lelaki yang diduga pembantai toke getah sekeluarga yang mayatnya ditemukan Rabu(22/6).
Sedangkan, motif pembunuhan itu menurut sumber polisi, adalah masalah utang Rp20 juta. Tersangka yang dikenal penduduk sehari-harinya sebagai paranormal (dukun) tidak sanggup membayar utang kepada korban.
Kapolres Labuhanbatu AKBP Hirbak Wahyu Setiawan kepada wartawan mengatakan, Sw alias Andi, 49, warga Desa Tubiran, Kec. Marbau, Kab. Labura, ditangkap di kediamannya sekira pukul 02:00. Pada saat penangkapan, tersangka sempat melawan.
“ Setelah diadakan pendekatan, tersangka mau menunjukkan lokasi mayat salah satu korban Junia 1Ananda Ashari,” papar Kapolres.
Menurut sumber, pelaku dikenalkan saudaranya dengan tersangka. Korban sering bertemu dengan tersangka dan dianggap sebagai ‘guru spritual’. Suatu hari, tersangka yang melihat usaha jual beli karet rakyat yang ditekuni korban mulai menanjak, memohon pinjaman uang sebesar Rp20 juta kepada korban.
Korban yang sudah kenal baik dan percaya segera memberi utang Rp20 juta. Namun, tunggu punya tunggu, uang yang dipinjam habis dipakai. Korban dengan usaha dagang getahnya yang butuh modal tambahan minta kepada tersangka agar uangnya dikembalikan. Korban yang kesal, memberi waktu dua hari kepada tersangka untuk mengembalikan uang yang sudah dipinjam.
Karena didesak korban, pelaku mengambil jalan pintas.
Selasa (21/6) malam tersangka datang bertamu. Kebetulan pada malam itu tamu korban bukan hanya pelaku.
Usai tamu lain pulang, tersangka berbincang kepada korban dan meminta kepada keluarga tersebut memasak bubur sumsum putih.
Perintah sang dukun pun diikuti korban. Usai masak bubur sumsum, tersangka dengan tipu muslihatnya memasukkan wijen dan timex (racun tikus) delapan bungkus yang diambil tersangka dari dapur korban. Dan membawa makanan tersebut ke dalam ruangan yang sudah tersedia sesajen lainnya. Berpura-pura membaca mantra, tersangka kemudian menyuruh satu keluarga tersebut untuk memakan.
Spontan satu keluarga itu keracunan makanan dan sempoyongan. Saat itu tersangka membantai para korban. Pertama yang dibantai tersangka adalah Supriadi, 45. Tersangka yang melihat korban susah bernapas kemudian menjerat leher korban dengan tali sekuat tenaga dan memukul kepala belakang. Namun korban belum mati, tersangka pun menyeret korban dan membuangnya ke dalam sumur.
Sementara istri korban Wagiem, 45, tewas tertidur tanpa sempat dianiaya tersangka.
Tersangka kemudian mendekati Arif Pradana, 8, pelajar SD yang juga sekarat dan berusaha meraih tempat tidur. Tersangka mencekik leher Arif dan membuangnya ke dalam sumur satu lubang dengan Supriadi. Tersangka kembali masuk ke dalam rumah dan menjerat leher Riduan, 15, pelajar SMP.
Sedangkan Junia Ananda Ashari, 17, siswa kelas II Jurusan Teknik Komputer SMK Negeri I Rantauprapat sempat melarikan diri ke luar rumah namun ditangkap tersangka.
Tersangka dengan bujuk rayu meyakinkan Ananda bahwa dia bisa menyembuhkan korban.Korban pun yakin bahkan ketika diajak naik sepeda motor Mega Pro BK 2033 LYA, korban menurut saja.
Sesampai di TPA (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) Desa Perlayuan merekapun berhenti. Tersangka menyuruh Ananda meminum air kubangan yang berada dekat di TPA. Di saat korban jongkok, pelaku memukul korban dan menikam dada korban dua kali dengan keris yang sudah dipersiapkan.
Selanjutnya tersangka menyeret korban dan meletakkannya di dekat onggokan sampah. (waspadamedan.com).